Paviliun Graha Hita Husada RSuD dr Iskak mendapatkan juara satu dalam lomba Kaizen yang diadakan di internal rumah sakit. Tim Paviliun Graha Hita Husada menjadi yang terbaik, berkat inovasi yang diberi nama PADI WANGI. Kependekan dari ‘Pengingat Digital Waktu Ganti cairan Infus’.
DENGAN inovasi ini, pasien dan keluarga pasien tidak lagi khawatir akan kehabisan cairan infus. Sebab 30 menit sebelum cairan habis, perawat akan datang dan memastikan semua berjalan sesuai prosedur. Inovasi ini meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di Paviliun Graha Hita Husada. Kepala Paviliun Graha Hita Husada, Titin Supraptini S.Kep.Ners mengatakan, inovasi ini bermula dari hasil jajak pendapat yang dibuatnya.

Dari 195 keluarga pasien yang menjadi koresponden, 41 di antaranya mengatakan harus melapor saat cairan infus akan habis. Sedangkan sisanya mengatakan, perawat datang ke ruangan saat cairan infus akan habis. “Pasien yang dirawat di Graha, 99 persen menggunakan infus. Jadi ada masalah jika saat akan ganti infus, keluarga pasien yang harus melapor,” ujar Titin. masalah ini kemudian sepakat diangkat untuk dicarikan solusi, sekaligus diikutkan lomba Kaizen. Titin mengungkapkan, awalnya ada 108 ide sesuai jumlah pegawai yang ada di Paviliun Graha Hita Husada.
Namun jumlah itu diciutkan menjadi 20, untuk diseleksi oleh sebuah tim kecil yang terdiri dari lima orang. Tim memutuskan, solusi pengingat sebelum ganti cairan infus akan dijadikan produk inovasi dan dilombakan. Tim kemudian menunjuk Rori, salah satu perawat untuk mengaplikasikan ide itu dalam sebuah program. Inovasi ini diwujudkan dengan sebuah sistem alarm, yang akan menyala 30 menit sebelum cairan infus habis. Secara teknis, setelah mengganti cairan infus, perawat akan menginput data.
Mulai dari pukul berapa cairan diganti, kecepatan tetesan dan pukul berapa cairan akan habis. Alarm kemudian diset, 30 menit sebelum cairan habis akan berbunyi. Perawat ruangan harus merespon alarm itu dan mendatangi kamar pasien. Jeda 30 menit ini akan dipakai perawat untuk memeriksa cairan infus pasien. Jika masih banyak, maka tetesannya akan dicepatkan, agar sesuai dengan petunjuk dokter. Perawat juga memastikan apakah cairan pengganti sudah ada di dalam loker pasien. Jika belum, maka ada waktu untuk mencari ke apotek. Atau jika akan diganti jenis cairan lain, ada waktu untuk menghubungi dokter.
Dengan cara ini pasien dan keluarga pasien tidak perlu lagi khawatir kehabisan cairan infus. “Sering kali keluarga pasien kan harus melekan hanya untuk berjagajaga agar cairan infusnya tidak kehabisan. Kalau begitu dan bukan layanan prima,” ucap Titin. Meski sudah dinyatakan juara, namun Titin masih menjalankan kuesioner ke keluarga pasien. Tindakan ini dilakukan diam-diam tanpa diketahui pegawai.
Hasilnya dari 40 kuesioner, satu di antara menyatakan masih melapor saat cairan infus akan habis. Dari hasil evaluasi, satu yang masih lapor itu karena ada gangguan pada perawat yang diberi tanggung jawab. Saat alarm berbunyi, perawat itu tengah ada tindakan medis di kamar lain dan tidak bisa ditinggalkan. Meski demikian, hasil kuesioner itu cukup membuat Titin puas.
“Secara umum saya bahagia karena ada inovasi yang bisa meningkatkan pelayanan. Namun di sisi lain kami juga harus punya tanggung jawab lebih, agar pelayanan tidak turun,” pungkas Titin. DISuNATI Selain inovasi PADI WANGI yang menjadi juara 1, aplikasi DISUNATI yang digagas ruang Flamboyan RSUD dr Iskak dipilih sebagai terbaik ke-2.
DISUNATI merupakan akronim dari ‘Digitalisasi Survei Kepuasan Pasien Rawat Inap’. Inovasi ini bermula dari kewajiban menyebarkan kuesioner tingkat kepuasan pasien setiap hari. Kuesioner ini berupa lembaran-lembaran kertas yang sangat banyak, dan diminta diisi pasien dengan cara dicentang atau dicoret.
Untuk mengetahui hasil akhirnya, butuh petugas khusus yang memasukkan data satu per satu. Namun kini kuesioner ini sudah diubah dalam bentuk digital. Pasien tinggal scan QR code yang disediakan di kamar perawatan dengan ponsel. Nantinya pasien diarajkan ke kuesioner, dan tinggal diisi dengan cara diklik. Hasilnya langsung masuk database dan langsung diwujudan dalam bentuk tabel. “Jadi tenaga yang ada bisa fokus untuk pelayanan. Tidak perlu lagi tenaga untuk input data dan mengetahui hasil akhirnya,” ujar M Yasin, perawat Senior di Ruang Flamboyan.
Aplikasi ini sebelumnya sudah diuji coba selama dua minggu dan hasilnya sangat memuaskan. Keuntungan lainnya, Disunati bisa menghemat kertas dan bisa memotong waktu survei. Aplikasi ini bisa dipakai di semua ruangan, karena memudahkan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien. Dengan aplikasi ini, hasil akhir survei bisa dilihat seketika, setelah pasien mengirimkan jawaban kuesioner. Pada akhir bulan hasil akhir tinggal dikirim ke pimpinan, untuk menjadi bahan evaluasi bersama. “Hasilnya akan ketahuan tingkat kepuasan pasien yang kita rawat. Dari situ akan ketahuan, maka pelayanan yang perlu diperbaiki,” pungkas M Yasin. (D/D)