24 Jul, 2020

Metode 20-20-20, Menghindari Mata Lelah Karena Kelamaan Bermain Gawai

PERADABAN manusia saat ini tidak lepas dari keberadaan telepon seluler (ponsel) atau handphone. Kepemilikan gawai ini juga mempengaruhi kebiasaan masyarakat, menghabiskan sekian jam waktunya untuk melihat layar monitor ponsel. Sejumlah efek kesehatan pun harus dihadapi pecandu gawai.

Data Digital Indonesia 2019, jumlah ponsel di Indonesia mencapai 355,5 juta. Dengan jumlah penduduk 268,2 juta jiwa, prosentase ponsel mencapai 133 persen dari populasi. Sedangkan pengguna internet aktif mencapai 150 juta jiwa, atau 56 persen dari populasi.

Dari jumlah itu, 142,8 persen mengakses internet dari ponsel, atau setara 53 persen dari populasi. Kebiasaan yang paling banyak dilakukan di internet, 98 persen nonton video online. Kemudian disusul main game online sebesar 46 persen, nonton langsung orang bermain video game 36 persen dan 17 persen nonton turnamen e-sport.

Survei Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (PJII) menyebut, rata-rata orang Indonesia menggunakan internet 3-4 jam per hari. Ada sekitar 5 persen yang menatap layar monitor selama 6-8 jam, dan 8,4 persen selama 5-6 jam. Bahkan ada pula yang menggunakan internet lebih dari 8 jam per hari. Lamanya mata menatap layar monitor gawai itu tentu mempunyai dampak pada kesehatan mata.

Menurut American Optometric Association, definisi penggunaan gawai berlebihan adalah saat anak berusia di atas dua tahun menggunakan gawai lebih dari dua jam per hari. Layar gawai mengeluarkan blue light (cahaya biru) atau high energy visible yang berbahaya bagi mata. Menurut dr. Hera Lesmana, Sp.M, dokter spesialis mata di RSUD dr. Iskak, selama ini belum ada pasien yang mengalami dampak yang berat. Pada dasarnya melihat layar gawai tidak akan menyebabkan kerusakan mata. Namun penggunaan gawai dalam waktu yang lama akan menyebabkan mata lelah.

Dampak yang sering dirasakan pasiennya adalah rasa yang tidak nyaman pada mata. “Setiap hari pasti ada pasien yang datang dengan keluhan macammacam. Tapi pada intinya dia mengalami mata lelah,” terang dr. Hera. Saat mata menatap layar gawai, tanpa disadari frekuensi kedip pada mata berkurang. Padahal saat kelopak mata berkedip, ia melakukan mekanisme pembasahan pada bola mata. Jika frekuansi kedip berkurang, maka bola mata akan menjadi kering.

Keringnya bola mata inilah yang menyebakan rasa kurang nyaman, seperti rasa pedih. Jika dilakukan pada waktu yang lama, maka bisa menyebabkan rasa pusing, penglihatan buram dan lain sebagainya. Belakangan ada pula pasien yang bukan saja mengalami mata lelah, tetapi juga mengalami kelelahan secara fisik. Kondisi ini tidak lepas dari kebiasaan kekinian para pengguna gawai, yaitu bermain game online. Kebiasaan bermain game ini menyita waktu yang lama, sehingga menyebabkan kelelahan fisik. “Kalau sudah mengalami kondisi kelelahan, bukan matanya yang diobati.

Tapi penyebab kelelahannya, yaitu kurang tidur karena kebanyakan main game online,” ujar. dr Hera. Pada kasus anak, tidak ada waktu spefisik kapan anak siap menatap layar gawai. Namun dr Hera berpesan, gawai tidak cocok untuk anak. Pada masa tumbuh kembang, penglihatan anak akan ikut berkembang. Dia akan mulai tertarik dengan benda-benda di sekitarnya. Saat itulah penglihatan anak bisa dirangsang dengan benda warnawarni. Namun benda warna-warni itu bukanlah gawai. Dokter Hera berpesan, agar menjauhkan gawai dari anak-anak.

Meski diakui banyak orang tua yang tidak mau repot saat anaknya sedang rewel. Demi kesehatan mata, bermain gawai memang seharusnya dibatasi. Selain itu gawai bisa disetel agar lebih ramah matam seperti memperbesat huruf, dan menjaga jarak mata ke gawai sekitar 30 sentimeter. Pada anak main gawai cukup dua jam per hari. Saat anak bermain gawai, alarm bisa disetel untuk mengingatkan jika sudah dua jam.

Selain itu orang tua bisa mengajak anak bermain di luar ruangan, untuk mengalihkannya dari gawai. Bermain di luar rumah juga bisa meningkatkan interaksi sosial pada anak. Dia bisa bermain dan berinteraksi dengan sesamanya. “Jangan lupa tidur, istirahat yang cukup. Karena tidur mengistirahatkan mata, membuat mata kinerja mata pulih kembali,” tutur dr. Hera. Bagaimana agar mata tetap sehat selama bermain gawai? Dokter Hera mengingatkan, mata tetap perlu diistirahatkan. Jangan sampai mata terpaku di layar monitor dalam waktu yang lama, tanpa pengalihkan pandangan. Ada istilah yang disebut metode 20-20-20.

Saat mata sudah menatap layar gawai selama 20 menit, maka wajib mengalihkan pandangan ke obyek lain selama 20 detik. Obyek yang dilihat sekurangnya berjarak 20 kaki atau 6 meter. Tidak perlu mengukut jarak 20 kaki ini secara akurat, yang penting mengalihkan pandangan ke obyek yang jauh. “Tidak perlu juga dihitung berapa detik sudah melihat jauh, kira-kira saja. Satu menit lamanya juga tidak apa-apa,” ucap dr. Hera. Jika berada di ruangan yang kecil, usahakan untuk keluar ruangan dan melihat benda-benda yang jauh.

Selama melakukan metode 20-2020 mata akan menjadi rileks, dan menghindarkan dari kondisi kering serta kelelahan. Selama mengalihkan pandangan dari monitor, bisa juga diselingi dengan melakukan aktivitas bangkit dari tempat duduk dan menggerakkan tubuh. Minum air saat melakukan metode ini juga ikut membantu mata tetap lembap dan tidak kering. Mengalihkan mata dari monitor setelah 20 menit diperlukan, untuk mencegah ketegangan pada mata. Jika perlu, buatkan pengingat khusus pada gawai lewat tulisan atau alarm, pentingnya mengalihkan pandangan setelah 20 menit menatap layar gawai. (*)

Berita Terkait

Berita Terbaru

Polling

Apakah website ini bermanfaat untuk Anda?