Kendati lebih efisien dan dinilai sebagai pilihan yang lebih baik ketimbang teknik hemodialisis (HD), CAPD dinilai masih memiliki risiko karena ketahanan fungsi membran perut ada batasnya. Sehingga di antara tiga pilihan penanganan kasus gagal ginjal itu, secara medis opsi transplantasi ginjal merupakan pilihan terbaik untuk mencapai kualitas hidup lebih baik bagi pasien.
HAL ini dikuatkan oleh Direktur RSUD dr Iskak, dr Supriyanto, Sp.B, fInaCS, m.Kes yang juga hadir dalam Seminar awam Tranplantasi Ginjal tersebut. menurutnya, antrian cuci darah di rumah sakit-rumah sakit tidak perlu terjadi jika pasien sejak dini mengambil opsi tranplantasi. Kendati biaya operasi transplantasi ginjal cukup besar, total di kisaran Rp250 juta hingga Rp300 juta, namun dengan skema pertanggungan BPJS Kesehatan yang mengkaver hampir 85 persen biaya, opsi cangkok ginjal menjadi sangat murah.
Memang ada beberapa biaya medis, seperti skrining dan pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kondisi ginjal donor yang tidak tercover BPJS Kesehatan. Tapi itu pun kisarannya hanya sekitar Rp40 jutaan. Selebihnya, khususnya operasi transplantasi. “RS-nya siap, dokternya siap, pembiayaannya juga siap. Tinggal (mereka) mau atau tidak,” kata dr Pri, demikian ia akrab disapa.
Untuk pasien yang menghendaki transplantasi ginjal ini, pihak RSUD dr Iskak maupun RSSa malang memastikan siap untuk memfasilitasi proses pengurusan administrasinya hingga pasien bisa naik ke meja operasi cangkok ginjal. Selain dr ahmad Rifai, Sp.PD,.
Seminar awam Transplantasi Ginjal buah kerjasama tim PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) RSUD dr Iskak dan PKRS RSSa malang itu juga menghadirkan dua dokter spesialis nefrologi dan hipertensi RSSa malang yang biasa menangani cangkok ginjal. mereka adalah Kepala Divisi nefrologi dan hipertensi RSSa malang, dr. atma Gunawan, Sp.PD-KGh dan dr. nursamsu, Sp.PD-KGh.
Tiga dokter spesialis pada subbagian ginjal dan hipertensi ini merupakan bagian dari tim medis yang sejauh ini sudah sukses melakukan transplantasi ginjal ke-10 pasien gagal ginjal di RSSa malang selama periode lima tahun terakhir.
Dan hasilnya, sebagaimana disampaikan dr nursyamsu dan dr atma Gunawan, dari 10 pasien cangkok ginjal itu, sembilan di antaranya hidup sehat dan beraktivitas seperti orang normal pada umumnya. Sedangkan satu pasien mengalami resistensi sehingga harus kembali ke metode hemodialisis. Bukan karena proses transplantasi gagal, tapi lebih karena ada gangguan dan ada penolakan sistem imun tubuh pasien bersangkutan. (*)