SAAT awal-awal berdiri, poli khusus layanan gigi di rsUD Tulungagung pada 1970-an hanya dipunggawai dua tenaga dokter gigi, dua tenaga perawat dan seorang pembantu perawat. Mereka harus berjibaku memberikan pelayanan pasien dengan latar belakang aneka masalah gigi, dengan segala keterbatasan yang ada saat itu. Mulai ruangan pelayanan yang lembab dan terkesan apa adanya, hingga peralatan yang masih sangat sederhana.
KONDISI yang sangat kontras jika dibandingkan ‘wajah’ Poli Gigi RSUD dr Iskak saat ini dengan dukungan lima tenaga dokter (dua di antaranya dokter gigi spesialis) dan enam perawat. Dari kondisi yang sangat sederhana, kini telah berubah menjadi modern. Perjalanan Poli Gigi RSUD Tulungagung (yang kemudian berganti nama menjadi RSUD dr. Iskak) itu tidak bisa dilepaskan dari peranan drg. Ani Susanti Soetedjo.
Ya, dialah yang terlibat langsung dalam rintisan pelayanan Poli Gigi RSUD Tulungagung. Sebelum memasuki pensiun, drg. Ani Susanti terakhir menjabat sebagai Kepala Poli Gigi. Dia mulai berdinas pada 1974. Saat itu, Poli Gigi masih berada di gedung rumah sakit lama, di Jalan Pahlawan nomor 1 Tulungagung. Drg. Ani saat itu bertugas bersama drg. Poerwadi Joewono Wardojo dan drg. mafrukah noor. Selain itu hanya ada seorang perawat gigi dan seorang pembantu rawat gigi.
Poli Gigi menempati ruangan di paling belakang yang cukup besar, namun kondisinya lembab. Alat yang dipunyai saat itu hanya satu (1) dental unit, dua (2) unit dental chair atau kursi untuk operasi gigi (itupun satu di antaranya rusak tidak dapat dinaikturunkan) dan satu (1) buah trap boor. Trap boor adalah alat untuk melubangi gigi yang digerakkan dengan cara dipancal. “Instrumen gigi juga sangat sedikit. Tang cabut gigi yang ada hanya dua set untuk dewasa, dan satu set untuk gigi anak,” tutur drg. Ani Susanti dalam wawancara tertulis dengan tim medista. Kemudian ada instrumen untuk penambalan gigi, instrument untuk pembersihan karang gigi, chisel dan bethel (untuk operasi pengambilan gigi molar ke tiga yang tumbuh miring) serta alat untuk jahit bekas operasi.
Meski dukungan ruang dan peralatan serba terbatas, angka kunjungan pasien tergolong tinggi. Drg. Ani mengingat, rata-rata jumlah pasien yang harus mereka layani berkisar 80 orang per hari. Tingginya pasien karena saat itu belum ada Poli Gigi di puskesmaspuskesmas. Satu-satunya puskesmas yang punya Poli Gigi hanya Puskesmas ngunut. Itupun hanya buka pada hari Rabu saja. Setiap Rabu pula drg. Ani bersama drg. mafrukah mengerjakan layanan kesehatan gigi di Puskesmas ngunut.
Pagi menyelesaikan pasien di RSUD dr Iskak, pukul 11.00 WIB berangkat ke Puskesmas ngunut. menyusul kemudian Puskesmas Kauman juga membuka Poli Gigi, khusus untuk Hari Selasa dan Kamis. Setiap Hari Senin dan Rabu, Selasa dan Kamis, menjelang siang drg. Ani dan drg. mafrukah keliling ke Puskesmas-Puskesmas. Alat yang dibawa adalah sebagian tang cabut gigi, karena puskesmaspuskesmas itu belum memiliki. “Kira-kira tahun 1976, Puskesmas Kauman menjadi juara Puskesmas tingkat nasional, maka Poli Gigi-nya harus dibuka setiap hari. Sejak itu saya dinas di Puskesmas Kauman selama delapan (8) tahun,” kenang drg Ani. Tahun 1978, drg. Ani kembali ditugaskan di RSUD Tulungagung.
Pada saat itu ruangan Poli Gigi sudah mendapat tempat berupa satu (1) gedung baru dengan tambahan satu (1) dental unit. Seiring dibukanya Poli Gigi di puskesmas-puskesmas, dan bertambahnya dokter gigi, maka jumlah pasien di RSUD Tulungagung menurun. Layanan yang diberikan saat itu berupa penambalan gigi, pencabutan gigi, operasi pengambilan gigi m-3 miring, pembersihan karang gigi, dan edukasi. Saat gedung baru RSUD Tulungagung dipindah ke lokasi saat ini, Poli Gigi dipindah ke ruangan baru dengan suasana sekitar yang masih gersang, kosong dan berdebu.
Di tempat baru, poli gigi mendapat tambahan satu (1) dental unit, lengkap dengan dental chair atau kursi operasi gigi dan high-speed boor (bor kecepatan tinggi). Bor kecepatan tinggi ini membuat layanan jadi lebih mudah serta cepat. Pada 1997-an, Poli Gigi RSUD Tulungagung mendapat tambahan seorang dokter gigi. Dia adalah drg. Dyah nurhandini, pindahan dari RSUD madiun. Saat itu drg. Dyah mendapat kesempatan mengikuti pelatihan bedah mulut sederhana selama tiga (3) hari di Bandung, Jawa Barat.
Selesai pelatihan tersebut, RSUD Tulungagung mendapat kiriman alat bedah mulut sederhana dari pemerintah pusat. “Jadi pelayanan bedah mulut sederhana dapat dilaksanakan di RSUD Tulungagung. Sementara Poli Gigi juga mendapat bantuan satu (1 ) set unit gigi yang canggih dari Bank Dunia. Karena itu jenis perawatan yang diberikan di Poli Gigi makin bertambah,” tutur dokter gigi lulusan UGm ini. Kemudian pada 1998-an, giliran drg. Ani mendapat kesempatan mengikuti pelatihan rehabilitasi gigi selama tiga (3) bulan di RSUP dr. Soetomo, Surabaya.
Pelatihan ini meliputi periodontologi, prothesa, perawatan syaraf gigi dan penambalan gigi. Beda dengan pelatihan di Bandung, setelah pelatihan tidak ada pemberian alat supaya dapat menerapkan materi yang diajarkan. Karena itu rumah sakit berusaha menyediakan alat-alat semampunya. mulai untuk perawatan syaraf gigi, lightcure (untuk penambalan dengan bahan composite) dan ultrasonic scaler (alat pembersihan karang gigi). Drg. Ani telah pensiun 12 tahun silam. Di masa akhir tugasnya, drg. Ani masih ingat, poli gigi kembali mendapat satu (1) set dental unit beserta kursinya, sehingga pelayanan menjadi lebih cepat dengan adanya alat yang makin lengkap.
Bor kecepatan tinggi meminimalisasi rasa sakit dan mempercepat pelayanan kesehatan gigi. Jumlah dental unit awalnya ada tiga, dua untuk tindakan umum dan satu untuk tindakan operasi gigi yang membutuhkan penanganan khusus. Kini sudah ada empat dental unit untuk tindakan sehari-hari, ditambah satu untuk tindakan khusus. Semua dental unit ini lebih modern. Tindakan yang dilakukan oleh poli gigi ini awalnya terbatas, seperti odontektomi dan tindakan gigi abnormal.
Odontektomi dapat didefinisikan sebagai prosedur pencabutan atau ekstraksi gigi. Ekstraksi gigi adalah sebagai prosedur bedah mulut yang paling sering dilakukan, dan dapat menjadi salah satu prosedur yang paling sederhana sekaligus paling menantang secara teknis. Prosedur ekstraksi gigi dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap status kesehatan mulut pasien. Tindakan pencabutan gigi juga memiliki dampak psikologis terhadap pasien, baik yang disebabkan karena pasien akan kehilangan giginya maupun pemahaman pasien terhadap prosedur tersebut.
Untuk mengetahui kondisi gigi atau citra gigi, Poli Gigi mempunyai rontgen gigi dan kamera intra-oral. Di poli ini, gigi miring atau gigi goyang tak perlu dicabut. Sebab Poli Gigi RSUD dr. Iskak sudah mempunyai spesialis konservasi gigi. “Dulu gigi yang berlubang dan infeksi harus dicabut. Kini gigi yang berlubang maupun mengalami infeksi, kalau memungkinkan masih bisa dipertahankan,” ujar dokter di Poli Gigi RSUD dr. Iskak, drg. Winidiastuti, Sp.Perio. Spesialis kedua yang dimiliki oleh Poli Gigi ini adalah periodensia, yaitu diagnosa dan perawatan penyakit periodontal. Periodontal berkaitan erat dengan jaringan sekitar gigi, seperti jaringan pengikat gigi atau gusi.
Gigi selain mempunyai fungsi untuk mengunyah, juga mempunyai fungsi estetika atau keindahan. Bisa dibayangkan jika gigi kita hitam-hitam atau tidak teratur, maka senyum kita juga tidak bagus. Ke depan akan ditambah lagi spesialis prosto atau penggantian jaringan yang rusak, seperti gigi rusak diganti dengan gigi palsu dengan variasi bahan dan teknologi yang berbeda. Sakit gigi bisa menurunkan kualitas hidup seseorang. Jika fungsi pengunyah terganggu, bisa mengakibatkan makanan tidak tercerna sempurna sehingga nutrisi tidak terserap maksimal.
Kehilangan gigi tertentu juga mengakibatkan berkurangnya kualitas kemampuan bicara seseorang, sehingga pengucapan menjadi tidak sempurna. “Jika kita kehilangan gigi tertentu, maka bisa mengubah kata yang keluar,” tutur wanita berhijab ini. Untuk menjaga gigi agar tetap bagus, drg. Winidiastuti berpesan agar melakukan perawatan gigi, seperti menggosok gigi sehabis makan dengan benar. Hindari makan-makanan manis yang berlebih dan segera periksa ke dokter jika mengalami keluhan, seperti nyeri pada gigi. (J/D)