27 Jun, 2020

RSUD dr Iskak di Tengah Upaya Menekan Laju Kasus Tuberculosis

Tuberculosis (Tb) masih menjadi penyakit menular dengan angka kasus tertinggi penyebarannya di indonesia. bahkan, indonesia tercatat menjadi yang tertinggi ke-3 sebagai negara endemis penyakit mematikan ini.

TIDAK kurang 10 juta jiwa meninggal akibat TB di seluruh dunia. Berdasarkan data organisasi Kesehatan Dunia (WHo), kasus TB di Indonesia mencapai 842.000 penderita. Sebanyak 442.000 pengidap TB melapor dan sekitar 400.000 lainnya tidak melapor atau tidak terdiagnosa. Penderita TB tersebut terdiri atas 492.000 laki-laki, 349.000 perempuan, dan 49.000 anak-anak. Pada 2017, sebanyak 116.000 jiwa meninggal akibat penyakit TB, termasuk 9.400 jiwa pengidap HIV yang terjangkit TB.

Kasus TB di Indonesia berada di urutan ke tiga terbesar dunia, setelah India yang mencapai 2,4 juta kasus dan Tiongkok 889.000 kasus. masih menurut data WHo, kasus TB di Indonesia terbesar akibat merokok, kurang gizi, diabetes, dan mengonsumsi alkohol. Kejadian TB di Indonesia pada 2017 sebesar 319 kejadian per 100.000 populasi. TB disebabkan oleh bakteri jenis mycobacterium tuberculosis. Dokter spesialis paru dari RSUD dr Iskak, dr mohamad Arfi, Sp.P. menjelaskan, penyakit paru pada dasarnya dapat disembuhkan dan jarang berakibat fatal jika penderita mengikuti saran dari dokter.

Prinsip utama pengobatan TB ini, kata dia, adalah patuh untuk minum obat selama jangka waktu yang dianjurkan dokter, minimal 6 bulan untuk TB So (sensitif obat). Adakalanya bakteri TB menjadi kebal (resisten) terhadap antibiotik, atau disebut TB Ro (resisten obat). Bakteri dikatakan resisten jika mereka sudah kebal dan tidak terpengaruh oleh pengobatan TB.

Bakteri penyebab TB umumnya resisten terhadap dua jenis obat TB, yaitu rifampicin dan isoniazid dengan atau tanpa obat antituberkulosis lainnya, yang disebut sebagai multidrug resistance-tuberculosis (mDR-TB). Pada kondisi yang lebih parah, kuman tidak hanya resisten terhadap pengobatan TBC lini pertama tersebut. Kuman juga kebal pada pegobatan lini ke dua, yang disebut extensively drug resistant- tuberculosis (XDR-TB). Resistensi bisa disebabkan oleh pengobatan yang terputus, jadwal minum obat yang tak teratur, dan lainnya.

Akibatnya pengobatan TB menjadi sangat sulit. Untuk penderita yang sudah kebal dengan kombinasi obat tersebut, akan menjalani pengobatan dengan kombinasi obat yang lebih banyak dan lebih lama. Lama pengobatan dapat mencapai 18-24 bulan. “Selama pengobatan, penderita TB harus rutin menjalani pemeriksaan dahak untuk memantau keberhasilannya. Prioritas utama untuk menangani resistensi obat adalah, mencegahnya lewat pengobatan TB yang tepat dan teratur, serta pengawasan yang baik,” ujar dr m. Arfi, Sp.P. Ada dua (2) jenis pengobatan untuk TB Ro, yaitu dengan obat oral (diminum) yang membutuhkan waktu hingga dua tahun, dan melalui injeksi.

Namun pengobatan secara injeksi tidak boleh lagi dilakukan, terhitung mulai awal 2020. Sebab untuk pengobatan injeksi, pasien harus menerima injeksi setiap hari selama enam (6) bulan. “Pengobatan jenis ini membuat pasien merasa keberatan dan menimbulkan efek samping seperti gangguan pendengaran, gangguan elektrolit dan timbul bisul. maka nanti pengobatanya diganti oral semua,” lanjut dia. RSUD dr. Iskak Tulungagung dalam hal ini menjadi rumah sakit rujukan pengobatan TB dari wilayah sekitarnya, seperti Pacitan, Trenggalek, Blitar dan Kediri. Untuk biaya pengobatan TB sepenuhnya ditanggung pemerintah.

Jika pun ada yang mandiri, nantinya akan ditanggung oleh pembiayaan dari luar negeri seperti KnCV (Koninklijke Nederlandse Centrale Vereniging), organisasi TB nirlaba dari Belanda. Sejak awal beroperasi pada tahun 2016 sudah ada sekitar 90 pasien TB Ro yang ditangani. Dari jumlah itu 28 di antaranya sudah dinyatakan sembuh.

Atas keberhasilanya mengobati TB Ro, tahun 2019 ini RSUD dr. Iskak menerima penghargaan sebagai pelayanan terbaik di Jawa Timur dari KnCV. TB mempunyai gejala seperti batuk selama lebih dari tiga (3) minggu, berkeringat pada malam hari tanpa sebab yang jelas, penururan berat badan yang drastis, demam dan menggigil hingga batuk berdarah. Agar penyebaran TB tidak meluas, maka harus ditemukan pengidap TB.

Pencegahan bisa dilakukan dengan menemukan akar permasalahan (penderita TB). Saat diketahui ada penderita TB, maka orang-orang terdekatnya juga diperiksa dahaknya untuk memastikan penularannya. Setelah itu diobati sehingga memutus penularan bakteri TB. Selain itu masyarakat harus menjaga pola hidup sehat. Dengan hidup sehat diharapakn bakteri TB tak lagi hidup dalam tubuh. (J/D)

Berita Terkait

Berita Terbaru

Polling

Apakah website ini bermanfaat untuk Anda?